Sabtu, 12 November 2022

 

LAPORAN PRAKTIKUM

  FISIOLOGI TANAMAN

DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Fisiologi Tanaman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Disusun oleh:

                                           Nama             : Muhamad Nuryana

                                           NIM               : 4442210006

                                           Kelas       : I H

                                           Kelompok      : 1 (Satu)

 

 

 

 

 

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI   

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA    

2022


KATA PENGANTAR

 

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena telah memberikan rahmat dan karunianya, Sehingga penulis dapat melaksanakan sebuah praktikum dan menyelesaikannya dengan baik. Judul praktikum yang penulis telah  laksanakan berjudul “Dormansi dan Perkecambahan Biji”.

Praktikum ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Tanaman. Dalam pengerjaan laporan ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Terselesaikannya laporan ini bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Rusmana, M.P dan Ibu Kirana Nugrahayu Lizansari. SP., M.Si selaku dosen mata kuliah Fisiologi Tanaman. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada saudari Anindra Putri Kharisma selaku penanggung jawab asisten kegiatan praktikum Fisiologi Tanaman. Tidak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan laporan praktikum ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan praktikum ini lebih baik dan bermanfaat. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

 

 

 

Serang, November 2022

 

 

                                                                                                                                           Penulis



DAFTAR TABEL

 

Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tipis......................................................12

Tabel 2. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tebal.....................................................12

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

Gambar 1. Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal...................................................3

Gambar 2. Air...........................................................................................................5

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

      Bumi menjadi tempat bagi hampir semua makhluk hidup. Tumbuhan merupakan salah satu mahluk hidup unik yang wajib kita amati. Hal tersebut dapat kita perhatikan dari setiap pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan selalu diwarnai dengan perbedaan. Salah satu cotoh aktivitas pertumbuhan dan perkembangan adalah pada tumbuhan, yaitu peristiwa dormansi dan perkecambahan pada biji. Dormansi diartikan sebagai suatu kondisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya (Widajati dkk., 2013). Sementara itu perkecambahan diartikan sebagai muncul dan berkembangnya radikula dan plumula dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji (Marthen dkk., 2013).

      Dormansi dan perkecambahan pada suatu biji ini sangat menentukan mengenai bagaimana kualitas suatu tanaman setelah menjadi tumbuhan sejati mengingat sebagian besar tanaman dibudidayakan dengan cara ditanam lewat bijinya. Maka, berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan kegiatan praktikum mengenai dormansi dan perkecambahan biji untuk mengetahui bagaimana kualitas, respons dan laju perkecambahan dari suatu biji.

 

1.2  Tujuan

      Adapun tujuan dari kegiatan praktikum fisiologi tanaman berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan ini adalah:

1.   Agar mahasiswa dapat mengetahui respons perkecambahan beberapa jenis biji terhadap faktor lingkungan (air, suhu, cahaya, zat kimia dan sebagainya).

2.   Agar mahasiswa dapat mengetahui laju perkecambahan menurut ketebalan kulit biji.

3.   Agar mahasiswa dapat mengetahui batas-batas kebutuhan air dalam perkecambahan suatu biji.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1  Dormansi dan Perkecambahan

      Dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya (Widajati dkk., 2013). Sifat dormansi benih dapat dipatahkan melalui perlakuan pematahan dormansi. Perlakuan pematahan dormansi adalah istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan guna mempercepat perkecambahan benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan melalui skarifikasi secara mekanik dan kimia maupun stratifikasi (Melasari dkk., 2018).

      Skarifikasi mekanis merupakan metode yang sesuai sebagai perlakuan pematahan dormansi pada benih impermeabel, namun masih dianggap kurang efektif karena membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk skala yang lebih besar dan pekerjaannya kurang sederhana dibandingkan dengan perlakuan kimia maupun perlakuan suhu (Astari dkk., 2014). Bahan kimia yang sering digunakan dalam perlakuan pematahan dormansi diantaranya adalah asam H2SO4, HCl, HNO3, serta garam KNO3 sedangkan suhu berkisar antara 40 0C–80 0C. Penelitian mengenai metode pematahan dormansi merupakan informasi yang penting untuk menentukan metode yang tepat sebagai metode pematahan dormansi benih kecipir agar dapat memperbaiki viabilitas dan vigor benih (Melasari dkk., 2018).

      Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan. Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air akandiabsorbsi dan digunakan untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan (Junaidi, 2021).

      Perkecambahan merupakan fase awal pertumbuhan individu baru. Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk memacu aktivitas enzim yang diperlukan dalam metabolisme perkecambahan di jaringan dalam benih. Fase perkecambahan diawali dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya peningkatan aktivitas enzimatik.Pada saat perkecambahan, imbibisi air merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi enzim αamilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan, pati menjadi gula yang kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk pembelahan dan pertumbuhan sel (Junaidi, 2021).

      Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk.Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah.Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000). Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji.Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan (Junaidi, 2021).

 

 

 

 

 

 

 

 


2.2  Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan

      Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang terjadi pada seluruh makhluk hidup berupa pertambahan ukuran volume, tinggi, dan massa yang bersifat irreversible. Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif dalam satuan ukuran panjang dan berat. Irreversible berarti perubahan yang sudah terjadi tidak akan kembali lagi. Perkembangan adalah proses diferensiasi dan spesialisasi sel proses menuju tercapainya kedewasaan. Perkembangan tidak dapat diukur tetapi dinyatakan secara kualitatif. Ditinjau dari segi anatomi dan fisiologi, diferensiasi merupakan perubahan yang menyangkut pada spesialisasi fungsi sel. Siklus perkembangan tanaman diawali dengan perkecambahan, dilanjutkan dengan “juvenility”,kemudian pendewasaan, pembungaan dan pembuahan. Pada beberapa tanaman tahunan, sebelum masuk ke siklus selanjutnya, tanaman akan mengalami masa dormansi (Taridal, 2019).

      Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan melalui 3 fase yaitu: Perkecambahan, Pertumbuhan dan perkembangan. Perkecambahan Merupakan proses munculnya embrio melalui biji. Berdasarkan letak kotiledon pada saat perkecambahan ada 2 tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pertumbuhan tanaman ada dua macam yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder. pertumbuhan primer merupakan proses pertumbuhan terjadi karena pertumbuhan meristem primer yang terdapat pada ujung akar dan ujung batang. Sedangkan pertumbuhan sekunder menyebabkan bertambah besarnya diameter batang yang terjadi akibat aktivitas sel-sel meristem di antara xilem dan floem (Taridal, 2019).

 

2.3 Peran Air Bagi Tumbuhan

      Air merupakan komponen yang sangat penting untuk segala aktivitas metabolisme tumbuhan mulai dari pertumbuhan, perkembangan, fotosintesis untuk menghasilkan energi sampai dengan proses penguraian berbagai unsur hara dalam tanah untuk diserap oleh tumbuhan. Kekurangan air akan mempengaruhi fotosintesis sehingga mengurangi produksi karbohidrat, yang apabila terus berlanjut akan menyebabkan tumbuhan layu dan kemudian mati. Selain tumbuhan, manusia, hewan dan bahkan mikrorganisme membutuhkan air sebagai penunjang kehidupan. Air dibutuhkan sebagai pelarut biologis untuk setiap keperluan dalam hidup (Kurniawan dkk, 2017).

Cara Menghemat Air dan Mengenali Manfaat Menghemat Air - Gramedia

Gambar 2. Air

(Sumber: Gramedia, 2022 )

 

 

 

 

 

 

 

 


      Air pada tumbuhan dapat menggerakan banyak sekali partikel seperti mineral yang telah larut agar tumbuhan mendapat nutrisi untuk pertumbuhan. Partikel yang digerakan oleh air secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi dalam bentuk ATP. ATP adalah molekul pembawa energi di dalam sel. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat mempengaruhi proses ini (Sukmawati, 2016).

 

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Dormansi dan Perkecambahan Biji

      Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi dan perkecambahan pada suatu biji, antara lain:

 

   2.4.1 Faktor Internal

            Fator internal merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tanama itu sendiri dan terdiri atas beda konsentrasi zat pada sel, dan tekanan zat. Beda konsentrasi akan berpengaruh pada kecepatan pergerakan air pada setiap bagian dari kulit biji. Adanya perbedaan konsentrasi antara dua bagian yang semakin besar, mampu membuat pertukaran zat yang terjadi akan semakin besar sehingga memungkinkan air dapat menembus kulit dari biji dengan cepat (Ulfa dkk., 2020). Konsentrasi larutan dapat memberikan informasi mengenai perbandingan jumlah zat terlarut dan pelarut. Konsentrasi larutan biasanya dinyatakan dalam bentuk molaritas, molalitas, normalitas, fraksi mol, dan ppm (Rusman, 2018). Tekanan yang dilakukan oleh larutan menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan meluas serta menyempitnya ruang antar sel untuk pertukaran serta keluar masuknya zat. Saat larutan memasuki sel dan terjadi penumpukan di pintu masuk, maka disinilah tekanan akan terjadi (Saifullah, 2020).

 

   2.4.2 Faktor Genetik

            Faktor genetika merupakan faktor internal dari dalam tubuh makhluk hidup itu sendiri. Faktor genetik ini bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang berlangsungnya kehidupan. Biasanya karakteristik karakteristik genetik pada tanaman dapat dilihat pada saat tanaman tersebut berbuah serta dapat dilihat pada kualitas benih tanaman. Karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh genetik ini diantaranya adalah variettas, warna, ukuran, bentuk dan sebagainya (Ikalor, 2013).

 

   2.4.3 Faktor Lingkungan

            Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal atau faktor dari luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya matahari, ketersediaan air dan pH. Suhu dapat mempengaruhi setiap aktivitas metabolisme pada makhluk hidup tidak terkecuali tumbuhan. Pada tumbuhan, suhu akan sangat berpengaruh meskipun hanya terjadi perubahan kecil. Kelembaban akan berpengaruh terhadap tanaman karena dapat mengakibatkan volume air di udara bertambah serta jumlah mikroba pada tanah sehingga berdampak pada tanaman lainnya serta pada faktor lngkungan lainnya seperti pH, dan ketersediaan air. Jumlah cahaya matahari yang masuk akan berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh kecambah (Arlita dkk, 2013). 

 

2.5 Kualitas Biji

      Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan atau perkembangbiakan, berupa biji atau bagian tanaman lainnya. Sedangkan biji adalah hasil pembuahan pada tanaman berbunga. Adapun tumbuhan muda yang merupakan calon tanaman yang dihasilkan dari benih disebut bibit. Perbenihan merupakan kegiatan penting dalam budidaya hutan maupun pertanian yang perlu mandapatkan perhatian khusus baik dari petani maupun dari pengelola areal pertanian atau kehutanan. Penggunaan benih berkualitas sangat dianjurkan mengingat peranannya dalam menjaga mutu tanaman dan hasil panen dikemudian hari. Untuk itu pengetahuan dasar yang berkaitan dengan teknik-teknik penanganan benih maupun proses produksi bibit dari benih yang digunakan sangat penting untuk dikuasai. Ciri-ciri benih yang baik antara lain adalah : benih yang sudah masak fisiologis dan berisi, benih masih baru, berasal dari kebun benih atau tegakan benih atau dari pohon yang unggul, tahan hama dan penyakit, memiliki daya kecambah yang tinggi, dan memiliki persen hidup yang tinggi (Siregar, 2006).

      Penentuan kualitas benih dapat dilakukan dengan uji belah. Potongan benih dapat diamati, melalui kesanggupannya terhaadap terhadap serangan hama atau penyakit, ensdosperm dan embrio yang berkembang normal. Serangan serangga pada benih kadang terlihat pada saat buah belum masak. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam uji belah adalah mengetahui kisaran normal penampakan/warna dari masing-masing jenis benih. Lamanya pengujian maksimum dilakukan selama 2 hari, dengan porsi waktu terbesar pada proses pengoksidasian. Benih segar akan berbeda penampakannya dengan benih yang telah mengalami penyimpanan meskipun kedua kelompok benih tersebut masih viabel. Agar semai yang dihasilkan berkualitas baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : vabilitas dan vigoritas benih harus baik, media tabur harus baik, media sapih harus baik dan cukup besar, semai-semai yang disapih harus dipilih yang keadaannya baik, penyapihan harus dilakukan dengan benar sehingga semai tidak rusak, pemeliharaan di persemaian baik di bak tabur maupun di bedeng sapih harus baik (Siregar, 2006).

 

 

 

2.6 Kebutuhan Air Tanaman

      Di dalam melakukan aktivitas metabolisme, tanaman membutuhkan air sebagai pelarut biologis untuk kelancaran setiap metabolisme. Akan tetapi air yang dibutuhkan tanaman jumlahnya tidak terlalu kurang atau berlebihan. Berdasarkan perhitungan, kebutuhan air pada tanaman dapat digunakan beberapa metode diantaranya:

 

    2.6.1 Metode Blaney-Criddle

            Persamaan asli Blaney-Criddle memasukkan perhitungan faktor kebutuhan air konsumtif (f) dari temperatur rata-rata (T), and persentase (p) dari total jam penyinaran cerah tahunan dalam periode yang diinginkan (f = p . T/100). Kemudian sebuah konstanta yang diperoleh secara empiris untuk kebutuhan konsumtif tanaman tertentu (K) juga diterapkan dalam perhitungan untuk memperoleh kebutuhan air konsumtif (CU), sehingga diperoleh rumus CU = K . f = K (p.T/100) dimana T dalam o F. CU didefinisikan sebagai jumlah air yang secara potensial dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi. Adapun rumus yang dapat digunakan adalah

ET0 = c.(p.(0,46T+8)),, mm/hari

dimana :

ETo = Evapotranspirasi refrensi tanaman dalam mm/hari untuk bulan yang diperhitungkan

T = Temperatur harian rata-rata dalam oC dalam bulan yang diperhitungkan

p = Persentase rata-rata harian dari total jam siang untuk tiap bulan dan lintang yang diketahui.

c = Adjustment faktor yang tergantung dari kelembaban relatif (RH) minimum, jam hari cerah dan angin sepanjang siang.

 

    2.6.2 Metode Radiasi

             Metode Radiasi pada dasarnya adalah adaptasi dari Rumus Makkink. Metode ini disarankan untuk daerah dimana data-data iklim yang tersedia termasuk temperatur udara, penyinaran matahari, keadaan awan atau radiasi, namun tidak termasuk kecepatan angin dan kelembaban. Dibandingkan dengan metode Blaney-Criddle, metode ini memberikan input yang lebih sedikit. Pada beberapa kasus untuk daerah equatorial, pulau kecil atau daerah yang punya altitude tinggi, Metode Radiasi lebih baik dari Metode Blaney-Criddle Rumus yang direkomendasikan untuk Metode Radiasi adalah :

ET0 = c.(W.Rs), mm/hari

dimana :

ETo = Evapotranspirasi refrensi tanaman dalam mm/hari untuk periode yang diperhitungkan

Rs = Radiasi matahari dalam equivalen Evaporasi, mm/hari

W = Weighing factor yang tergantung dari Temperatur dan Altitude

c = Adjustment faktor yang tergantung dari kelembaban relatif (RH) rata-rata dan angin sepanjang siang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PRAKTIKUM

 

3.1  Waktu dan Tempat

       Praktikum berjudul “Dormansi dan Perkecambahan Biji” ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 02 November 2022. Pukul 13.00-14.40 WIB, bertempat di Laboratorium Agroekoteknologi Pakupatan Lantai 2, Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

 

3.2 Alat dan Bahan

      Adapun alat dan bahan yang perlu disiapkan untuk keberlangsungan praktikum Dormansi dan Perkecambahan Biji ini antara lain: akua gelas, stopwatch, label, spidol, kapas, aquades, biji berkulit tebal (sawo, asam jawa), dan biji berkulit tipis (kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah).

 

3.3 Cara Kerja

      Adapun cara kerja yang harus dilakukan untuk kegiatan praktikum Dormansi dan Perkecambahan Biji ini adalah:

      3.3.1 Biji Berkulit Tipis   

1.   Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.

2.   Disiapkan 9 buah akua gelas sebagai tempat pengecambahan.

3.   Direndam biji dengan aquades selama 5 menit.

4.   Disiapkan 3 set perlakuan yang dipilih yaitu dengan kapas kering, kapas lembab dan kapas tergenang.

5.   Disiapkan masing masing 6 butir biji untuk setiap jenis biji tersebut dengan masing-masing perlakuan berjumlah 2 biji dan 2 ulangan.

6.   Ditempatkan semua akua gelas tadi pada tempat yang sama.

7.   Diamati setiap gejala yang ditunjukan untuk setiap kelompok biji.

8.   Dijaga kondisi untuk setiap unit perlakuan agar tetap stabil dengan mengontrol setiap kondisi perlakuannya.

 

 

      3.3.2 Biji Berkulit Tebal

 

1.   Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.

2.   Disiapkan 9 buah akua gelas sebagai tempat pengecambahan.

3.   Dirrendam biji dengan aquades selama 5 menit.

4.   Disiapkan 3 set perlakuan yang dipilih yaitu dengan diamplas, dengan rendaman HCl dan dengan air panas.

5.   Disiapkan masing masing 6 butir biji untuk setiap jenis biji tersebut dengan masing-masing perlakuan berjumlah 2 biji dan 2 ulangan.

6.   Ditempatkan semua akua gelas tadi pada tempat yang sama.

7.   Diamati setiap gejala yang ditunjukan untuk setiap kelompok biji.

8.   Dijaga kondisi untuk setiap unit perlakuan agar tetap stabil dengan mengontrol setiap kondisi perlakuannya.

 


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1  Hasil

       Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tipis

Tanggal

Ulangan

Parameter Pengamatan

Kacang Hijau

Kacang Tanah

Kacang Kedelai

K

L

T

K

L

T

K

L

T

3 HST/05-11-2022

I

-

ü

-

-

ü

-

-

ü

-

II

-

ü

-

-

ü

-

-

ü

-

5 HST/05-11-2022

I

-

ü

ü

-

ü

ü

-

ü

ü

II

-

ü

ü

-

ü

-

-

ü

-

7 HST/05-11-2022

I

-

ü

ü

-

ü

ü

-

ü

ü

II

-

ü

ü

-

ü

-

-

ü

-

 

       Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tebal

Tanggal

Ulangan

Parameter Pengamatan

Biji Asam

Biji Sawo

N

S

A

N

S

A

3 HST/05-11-2022

I

-

-

-

-

-

-

II

-

-

-

-

-

-

5 HST/05-11-2022

I

-

-

-

-

-

-

II

-

-

-

-

-

-

7 HST/05-11-2022

I

-

-

-

-

-

-

II

-

-

ü

-

_

-

 

4.2  Pembahasan

      Praktikum kali ini berjudul dormansi dan perkecambahan biji. Sebelum lebih jauh lagi membahas mengenai dormansi dan perkecambahan pada biji, kita perlu mengetahui serta memahami terlebih dahulu apa itu dormansi dan perkecambahan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Widjati dkk., (2013) dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya. Dormansi pada biji dapat dipatahkan sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Melasari dkk., (2018) Sifat dormansi benih dapat dipatahkan melalui perlakuan pematahan dormansi. Perlakuan pematahan dormansi adalah istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan guna mempercepat perkecambahan benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan melalui skarifikasi secara mekanik dan kimia maupun stratifikasi.

      Perkecambahan menurut pendapat yang dikemukakan oleh Marthen dkk., (2013) diartikan sebagai muncul dan berkembangnya radikula dan plumula dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Menurut pendapat Junaidi (2012) Perkecambahan merupakan fase awal pertumbuhan individu baru. Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk memacu aktivitas enzim yang diperlukan dalam metabolisme perkecambahan di jaringan dalam benih. Fase perkecambahan diawali dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya peningkatan aktivitas enzimatik.Pada saat perkecambahan, imbibisi air merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi enzim αamilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan, pati menjadi gula yang kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk pembelahan dan pertumbuhan sel.

      Menurut Campbell (2000) terdapat dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum terbentuk.Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah.Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio. Disamping itu, berdasarkan pendapat Junaidi (2012) perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan.

      Pada tabel 1 merupakan hasil pengamatan biji berkulit tipis. Pada praktikum ini, biji berkulit tipis ada 3 biji, yaitu biji kacang hijau, kacang kedelai dan kacang tanah. Disebut sebagai biji berkulit tipis dikarenakan ketabalan kulit, serta masuknya air ke dalam biji tidak memerlukan waktu yang lama sehingga biji mudah berkecambah. Perkecambahan yang terjadi pada ketiga biji tersebut menururt Ashari (2002) merupakan perkecambahan yang memiliki tipe epigeal, tipe perkecambahan ini mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas tanah. Hal ini disebabkan karena hipokotil yang tumbuh memanjang yang mengakibatkan plumula dan kotiledon terdorong kepermukaan tanah.

      Dapat dilihat pada tabel, perlakuan yang diberikan pada ketiga jenis biji tersebut ada 3, yaitu dengan ditempatkan pada kapas kering, kapas lembab dan kapas tenggelam. Pada bagian kapas kering, baik biji kacang hijau, kacang tanah dan kacang kedelai tidak ada satupun yang tumbuh disebabkan karena tidak ada rangsangan air. Sedangkan pada kapas lembab, semua biji terjadi dormansi sehingga terjadi proses perkecambahan. Sementara itu pada perlakuan biji yang tergenang, hanya beberapa saja yan tumbuh sehingga tidak merata. Kacang hijau perlakuan tergenang dimulai pada hari ke 5, kacang tanah hanya ulangan 1 yang tumbuh, begitupun dengan kacang kedelai yang tumbuh hanya ulangan pertama. Berdasarkan peristiwa yang telah diamati, faktor utama dari peristiwa tersebut adalah air yang berperan sebagai pelarut biologis. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Kurniawan dkk., (2017) air merupakan komponen yang sangat penting untuk segala aktivitas metabolisme tumbuhan mulai dari pertumbuhan, perkembangan, fotosintesis untuk menghasilkan energi sampai dengan proses penguraian berbagai unsur hara dalam tanah untuk diserap oleh tumbuhan.

      Di samping itu kebutuhan air pada tanaman harus tercukupi, dalam hal ini tercukupi yang dimaksud adalah tidak kurang dan tidak terlalu berlebihan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nadjamuddin dkk., (2014) kebutuhan air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang akibat penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan bumi (evaporasi) maupun melalui daun-daun tanaman (transpirasi). Bila kedua proses penguapan tersebut terjadi bersama-sama, disebut proses evapotranspirasi. Dengan demikian besar kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses evapotranspirasi. Rumus yang dapat digunakan adalah  ET = k x Eto. Sementara itu untuk skala yang lebih besar seperti lahan cara pengolahan tanah untuk tanaman adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pengolahan tanah memerlukan air dari hujan dan irigasi. Pengolahan tanah untuk tanaman padi di sawah membutuhkan lebih banyak dari pada pengolahan tanah untuk tanaman palawija. Terdapat 2 metode yang dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan air, yaitu metode blaney-criddle dan metode radiasi.

      Pada tabel 2 merupakan hasil pengamatan pada biji berkulit tebal. Dapat dilihat pada tabel, perlakuan yang diberikan ada 3 macam yaitu dengan diamplas, air panas dan HCl. Pada hasil pengamatan terlihat bahwa semua biji berkulit tebal baik biji sawo ataupun biji asam tidak ada yang tumbuh sama sekali terkecuali pada perlakuan dengan diamplas pada biji asam ulangan ke 2 di hari ke tujuh. Perlu kita ketahui bersama bahwa biji asam yang diamplas tersebut dapat tumbuh karena kulit biji menipis sehingga proses imbibisi dapat dengan cepat berlangsung sehingga perkecambahan dapat terjadi. Menurut Nursyamsi (2016) Pemecahan dormansi benih dengan perlakuan mekanis dapat dilakukan dengan cara skarifikasi dan tekanan. Skarifikasi adalah perusakan kulit biji dengan tujuanuntuk melunakkan kulit benih yang keras, sehingga menjadi permeabel terhadap air dan gas. Pemecahan dormansi benih dengan cara skarifikasi telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman antara lain untuk mematahkan dormansi benih berkulit tebal dilakukan dengan cara kulit benih dikikir atau diamplas pada bagian sisi dekat hipokotil.

      Di samping perlakuan tersebut, terdapat faktor lain yang mempengaruhi terjadinya dormansi dan perkecambahan biji. Faktor tersebut antara lain yaitu kualitas biji, faktor genetik, faktor internal dan faktor lingkungan. Jika kualitas biji dapat dikatakan baik, maka tingkat kemungkinan terjadinya dormansi da perkecambahan biji aka semakin besar. Faktor genetik dapat mempegaruhi dormansi karena hanya biji yang memiliki genetik hiduplah yang akan terjadi dormansi dan perkecambahan. Di samping itu faktor lingkungan seperti zat kimia inhibitor dan promotor, suhu, pencahayaan, dan kelembaban sangat berpengaruh meskipun perubahannya dianggap tidak relatif menurut skala ukur.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

 

5.1  Simpulan

      Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya. Perkecambahan merupakan proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih.

      Respons yang diamati dari praktikum ini adalah bagaimana terjadinya dormansi terhadap beberapa perlakuan pada biji. Pada biji berkulit tipis, dormansi dan perkecambahan dapat dengan mudah terjadi karena proses imbibisi berlangsung dengan cepat. Pada biji berkulit tebal, hanya yang diberi perlakuan skarifikasi yang dapat terjadi dormansi dan perkecambahan karena air dapat melewati pori-pori kulit biji. Adapun dalam praktikum ini air yang berperan sebagai pelarut biologis adalah faktor utama terjadinya dormansi dan perkecambahan. Di samping itu faktor lain yang mempengaruhi terjadinya dormansi dan perkecambaha adalah faktor genetik dan faktor lingkungan (zat kimia, suhu, kelembaban, cahaya).

 

5.2  Saran

      Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan langkah demi langkah agar tidak ada kesalahan yang menyebabkan gagalnya percobaan. Selain itu disarankan kepada praktikan untuk mencari kembali sumber materi yang berhubungan dengan dormansi dan perkecambahan suatu biji agar praktikum selanjutnya berlangsung dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

 

Ashari, Sumeru. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: Rineka           Cipta.

Astari, R.P., Rosmayati, E.S., Bayu. 2014. Pengaruh pematahan dormansi secara          fisik dan kimia terhadap kemampuan berkecambah mucuna (Mucuna          barcteata D.C). Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 2(2): 803-812.

Arlita, Malyan A., Sri Waluyo dan Warji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi     Terhadap Penyerapan Larutan Gula Pada Bengkuang (Pachyrrhizus Erosus). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2(1): 85-94.

Campbell, Neil A., dan Reece Jane B. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga

Darmawan., Muh. Yusuf dan Ilyas Syahruddin. 2015. Pengaruh Berbagai Media          Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao.     L). Jurnal Agroplantae. Vol. 4(1): 13-18.

Ikalor, Alvanialista. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan. Jurnal Pertumbuhan   dan Perkembangan. Vol. 7(6): 1-6.

Junaidi dan Fandi Ahmad. 2021. Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap             Pertumbuhan Vigor biji Kopi Lampung (Coffeacanephora). Jurnal Inovasi Penelitian. Vol. 2(7): 1911-1916.

Kurniawan Dedi., Chairani Hanum dan Lutfi Mahmud Aziz Siregar. 2017.   Morfofisiologi Akar Melalui Interval Penyiraman, Pemberian Mikoriza         dan Modifikasi Media Tanam pada Pembibitan Kakao (Theobroma    Cacao). Jurnal Pertanian Tropik. Vol. 4(3): 209-218.

Marthen., E. Kaya dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh Perlakuan Pencelupan Dan          Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes         falcataria L.). Jurnal Agrologia. Vol. 2(1): 10-16.

Melasari, Nur., Tatiek Kartika Suharti dan Abdul Qadir. 2018. Penentuan Metode      Pematahan Dormansi Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)     Aksesi Cilacap. Jurnal Bul Agrohorti. Vol. 6(1): 59-67.

Nadjamuddin, Dedy F., Widandi S., dan Moh. Solichin. 2014. Rencana             Penjadwalan Pembagian Air Irigasi Daerah Irigasi Paguyaman Kanan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Jurnal Teknik Pengairan. Vol.           5(2): 158-165.

Nursyamsi. 2016. Teknik Skarifikasi Benih Kayu Kuku (Pericopsis Mooniana        Thw) Untuk Mematahkan Dormansi Melalui Kultur Jaringan. Jurnal           Prosiding Seminar Nasional. Vol. 26(7): 5-10.

Rusman dan Mukhlis R.F. 2018. Buku Ajar Kimia Larutan. Aceh: Syiah Kuala    Press.

Saifullah. 2020. Bioproses: Biologi. Bima: Dinas Pendidikan Dasar.

Siregar, Iskandar Z. 2006. Teknologi Perbenihan. Bogor: IPB Press.

Sukmawati, Ni made Suci. 2016. Bioenergetika. Bali: Universitas Udayana.

Taridal, Asriani. 2019. Pertumbuhan dan Perkembangan. Gorontalo: Kemdikbud.

Ulfa Halim L., Rika Falahiyah dan  Suwito S. 2020. Uji Osmosis pada Kentang           dan Wortel Menggunakan Larutan NaCl. Jurnal Sainsmat. Vol. 9(2): 110-       116.

Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, A. Qodir. 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor (ID): IPB Press.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 


    

 

  

 

 

Lampiran 3. Spidol

 
                                               

 

 

 

 

 

 


Lampiran 7 Kecambah Biji Kulit Tipis

 

Lampiran 6. Akua Gelas

 

Lampiran 5. Kapas

 

Lampiran 4. Aquades

 
   

  LAPORAN PRAKTIKUM   FISIOLOGI TANAMAN “ DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI ” Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kulia...