LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TANAMAN
“DORMANSI DAN PERKECAMBAHAN BIJI”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Fisiologi Tanaman
Disusun oleh:
Nama : Muhamad Nuryana
NIM : 4442210006
Kelas : I H
Kelompok : 1 (Satu)
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan ke hadirat
Allah SWT. Karena telah memberikan rahmat dan
karunianya, Sehingga penulis
dapat melaksanakan sebuah
praktikum dan menyelesaikannya dengan baik. Judul praktikum yang penulis
telah laksanakan berjudul “Dormansi dan Perkecambahan Biji”.
Praktikum ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Fisiologi Tanaman. Dalam pengerjaan laporan ini, berbagai
hambatan telah penulis alami. Terselesaikannya laporan
ini bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak Dr. Ir.
Rusmana, M.P dan Ibu Kirana Nugrahayu Lizansari. SP., M.Si selaku dosen mata kuliah
Fisiologi Tanaman. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada saudari Anindra
Putri Kharisma selaku penanggung jawab asisten kegiatan
praktikum Fisiologi Tanaman. Tidak lupa juga penulis ucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua penulis serta semua pihak
yang telah membantu
dalam penyusunan laporan
ini.
Dalam
penyusunan laporan praktikum
ini, penulis menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan praktikum ini lebih baik dan
bermanfaat. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima
kasih.
Serang, November 2022
Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Dormansi dan Perkecambahan
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan
2.4 Faktor yang Mempengaruhi
Dormansi dan Perkecambahan Biji
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Biji Berkulit Tipis......................................................12
Tabel 2. Hasil Pengamatan Biji
Berkulit Tebal.....................................................12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkecambahan Epigeal dan
Hipogeal...................................................3
Gambar 2.
Air...........................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi menjadi tempat
bagi hampir semua makhluk hidup. Tumbuhan merupakan salah satu mahluk hidup
unik yang wajib kita amati. Hal tersebut dapat kita perhatikan dari setiap
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan selalu diwarnai dengan perbedaan. Salah satu cotoh aktivitas
pertumbuhan dan perkembangan adalah pada tumbuhan, yaitu peristiwa dormansi dan
perkecambahan pada biji. Dormansi diartikan sebagai suatu kondisi
dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan
perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya
(Widajati dkk., 2013). Sementara itu perkecambahan diartikan sebagai muncul dan berkembangnya radikula dan
plumula dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang
berkecambah ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji (Marthen dkk., 2013).
Dormansi dan
perkecambahan pada suatu biji ini sangat menentukan mengenai bagaimana kualitas
suatu tanaman setelah menjadi tumbuhan sejati mengingat sebagian besar tanaman
dibudidayakan dengan cara ditanam lewat bijinya. Maka, berdasarkan latar
belakang diatas perlu dilakukan kegiatan praktikum mengenai dormansi dan
perkecambahan biji untuk mengetahui bagaimana kualitas, respons dan laju
perkecambahan dari suatu biji.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan praktikum fisiologi tanaman berjudul Pertumbuhan dan
Perkembangan ini adalah:
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui respons
perkecambahan beberapa jenis biji terhadap faktor lingkungan (air, suhu,
cahaya, zat kimia dan sebagainya).
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui laju perkecambahan
menurut ketebalan kulit biji.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui batas-batas
kebutuhan air dalam perkecambahan suatu biji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dormansi dan Perkecambahan
Dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup
tidak berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun
faktor lingkungan optimum untuk perkecambahannya (Widajati dkk., 2013). Sifat dormansi benih dapat
dipatahkan melalui perlakuan pematahan dormansi. Perlakuan pematahan dormansi
adalah istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan guna
mempercepat perkecambahan benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan
melalui skarifikasi secara mekanik dan kimia maupun stratifikasi (Melasari dkk., 2018).
Skarifikasi mekanis merupakan metode yang sesuai
sebagai perlakuan pematahan dormansi pada benih impermeabel, namun masih
dianggap kurang efektif karena membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk skala
yang lebih besar dan pekerjaannya kurang sederhana dibandingkan
dengan perlakuan kimia maupun perlakuan suhu (Astari dkk., 2014). Bahan kimia yang sering digunakan
dalam perlakuan pematahan dormansi diantaranya adalah asam H2SO4, HCl, HNO3,
serta garam KNO3 sedangkan suhu berkisar antara 40 0C–80 0C. Penelitian
mengenai metode pematahan dormansi merupakan informasi yang penting untuk
menentukan metode yang tepat sebagai metode pematahan dormansi benih kecipir
agar dapat memperbaiki viabilitas dan vigor benih (Melasari dkk., 2018).
Perkecambahan adalah proses awal pertumbuhan
individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa
benih. Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium
pertumbuhan. Air akan diabsorbsi dan digunakan untuk memacu aktivitas
enzim-enzim metabolisme perkecambahan. Perkecambahan sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air dalam medium pertumbuhan. Air akandiabsorbsi dan digunakan
untuk memacu aktivitas enzim-enzim metabolisme perkecambahan (Junaidi, 2021).
Perkecambahan merupakan fase awal pertumbuhan individu baru. Proses
ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk
memacu aktivitas enzim yang diperlukan dalam metabolisme perkecambahan di
jaringan dalam benih. Fase perkecambahan diawali dengan imbibisi yang
menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya peningkatan aktivitas enzimatik.Pada
saat perkecambahan, imbibisi air merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan
untuk mengaktivasi enzim αamilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam
cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan cadangan makanan, pati
menjadi gula yang kemudian digunakan sebagai sumber energi untuk pembelahan dan
pertumbuhan sel (Junaidi, 2021).
Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan
epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang
tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan
tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum
terbentuk.Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan
kacang tanah.Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula.
Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman
dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus
ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan
daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya
telah habis digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000). Perkecambahan hipogeal ditandai dengan
epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus
kulit biji.Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang
mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan
rumput-rumputan (Junaidi, 2021).
2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan
Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis yang
terjadi pada seluruh makhluk hidup berupa pertambahan ukuran volume, tinggi,
dan massa yang bersifat irreversible. Pertumbuhan dapat diukur secara
kuantitatif dalam satuan ukuran panjang dan berat. Irreversible berarti
perubahan yang sudah terjadi tidak akan kembali lagi. Perkembangan adalah
proses diferensiasi dan spesialisasi sel proses menuju tercapainya kedewasaan.
Perkembangan tidak dapat diukur tetapi dinyatakan secara kualitatif. Ditinjau
dari segi anatomi dan fisiologi, diferensiasi merupakan perubahan yang
menyangkut pada spesialisasi fungsi sel. Siklus perkembangan tanaman diawali
dengan perkecambahan, dilanjutkan dengan “juvenility”,kemudian pendewasaan,
pembungaan dan pembuahan. Pada beberapa tanaman tahunan, sebelum masuk ke
siklus selanjutnya, tanaman akan mengalami masa dormansi (Taridal, 2019).
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan melalui 3
fase yaitu: Perkecambahan, Pertumbuhan dan perkembangan. Perkecambahan Merupakan proses
munculnya embrio melalui biji. Berdasarkan letak kotiledon pada saat
perkecambahan ada 2 tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pertumbuhan
tanaman ada dua macam yaitu pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.
pertumbuhan primer merupakan proses pertumbuhan terjadi karena pertumbuhan
meristem primer yang terdapat pada ujung akar dan ujung batang. Sedangkan
pertumbuhan sekunder menyebabkan bertambah besarnya diameter batang yang
terjadi akibat aktivitas sel-sel meristem di antara xilem dan floem (Taridal, 2019).
Air merupakan komponen yang sangat penting untuk segala
aktivitas metabolisme tumbuhan mulai dari pertumbuhan, perkembangan,
fotosintesis untuk menghasilkan energi sampai dengan proses penguraian berbagai
unsur hara dalam tanah untuk diserap oleh tumbuhan. Kekurangan air akan mempengaruhi
fotosintesis sehingga mengurangi produksi karbohidrat, yang apabila terus
berlanjut akan menyebabkan tumbuhan layu dan kemudian
mati. Selain tumbuhan, manusia, hewan dan bahkan mikrorganisme membutuhkan air
sebagai penunjang kehidupan. Air dibutuhkan sebagai pelarut biologis untuk
setiap keperluan dalam hidup (Kurniawan dkk, 2017).
Gambar 2. Air (Sumber:
Gramedia, 2022 )
Air pada tumbuhan dapat menggerakan banyak
sekali partikel seperti mineral yang telah larut agar tumbuhan mendapat nutrisi
untuk pertumbuhan. Partikel yang digerakan oleh air secara garis besar dibagi
menjadi dua, yaitu transpor aktif dan transpor pasif. Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran
semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan energi
dalam bentuk ATP. ATP adalah molekul pembawa energi di dalam sel.
Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki konsentrasi rendah ke larutan
yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat tercapai keseimbangan di dalam
sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel dapat
mempengaruhi proses ini (Sukmawati, 2016).
2.4 Faktor
yang Mempengaruhi Dormansi dan Perkecambahan Biji
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi dormansi
dan perkecambahan pada suatu biji, antara lain:
Fator internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
tubuh tanama itu sendiri dan terdiri atas beda konsentrasi zat pada sel, dan
tekanan zat. Beda konsentrasi akan berpengaruh pada kecepatan pergerakan air
pada setiap bagian dari kulit biji. Adanya perbedaan konsentrasi antara dua bagian yang
semakin besar, mampu membuat pertukaran zat yang terjadi akan semakin besar sehingga memungkinkan air dapat
menembus kulit dari biji dengan cepat (Ulfa dkk., 2020). Konsentrasi
larutan dapat memberikan informasi mengenai perbandingan jumlah zat terlarut
dan pelarut. Konsentrasi larutan biasanya dinyatakan dalam bentuk
molaritas, molalitas, normalitas, fraksi mol, dan ppm (Rusman, 2018). Tekanan yang dilakukan oleh
larutan menyebabkan terjadinya perubahan kecepatan dan meluas serta
menyempitnya ruang antar sel untuk pertukaran serta keluar masuknya zat. Saat
larutan memasuki sel dan terjadi penumpukan di pintu masuk, maka disinilah
tekanan akan terjadi (Saifullah, 2020).
Faktor genetika merupakan faktor internal dari dalam tubuh
makhluk hidup itu sendiri. Faktor genetik ini bersifat tetap atau tidak berubah
sepanjang berlangsungnya kehidupan. Biasanya karakteristik karakteristik
genetik pada tanaman dapat dilihat pada saat tanaman tersebut berbuah serta
dapat dilihat pada kualitas benih tanaman. Karakteristik yang dapat dipengaruhi
oleh genetik ini diantaranya adalah variettas, warna, ukuran, bentuk dan
sebagainya (Ikalor, 2013).
Faktor
lingkungan merupakan faktor eksternal atau faktor dari luar yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti suhu,
kelembaban, intensitas cahaya matahari, ketersediaan air dan pH. Suhu dapat
mempengaruhi setiap aktivitas metabolisme pada makhluk hidup tidak terkecuali
tumbuhan. Pada tumbuhan, suhu akan sangat berpengaruh meskipun hanya terjadi
perubahan kecil. Kelembaban akan berpengaruh terhadap tanaman karena dapat
mengakibatkan volume air di udara bertambah serta jumlah mikroba pada tanah
sehingga berdampak pada tanaman lainnya serta pada faktor lngkungan lainnya
seperti pH, dan ketersediaan air. Jumlah cahaya matahari yang masuk akan
berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh kecambah (Arlita dkk,
2013).
Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk
perbanyakan atau perkembangbiakan, berupa biji atau bagian tanaman lainnya.
Sedangkan biji adalah hasil pembuahan pada tanaman berbunga. Adapun tumbuhan
muda yang merupakan calon tanaman yang dihasilkan dari benih disebut bibit. Perbenihan merupakan kegiatan penting dalam
budidaya hutan maupun pertanian yang perlu mandapatkan perhatian khusus baik
dari petani maupun dari pengelola areal pertanian atau kehutanan. Penggunaan
benih berkualitas sangat dianjurkan mengingat peranannya dalam menjaga mutu
tanaman dan hasil panen dikemudian hari. Untuk itu pengetahuan dasar yang
berkaitan dengan teknik-teknik penanganan benih maupun proses produksi bibit
dari benih yang digunakan sangat penting untuk dikuasai. Ciri-ciri benih yang baik antara lain adalah
: benih yang sudah masak fisiologis dan berisi, benih masih baru, berasal dari
kebun benih atau tegakan benih atau dari pohon yang unggul, tahan hama dan penyakit, memiliki daya
kecambah yang tinggi, dan memiliki persen hidup yang tinggi (Siregar, 2006).
Penentuan kualitas benih dapat dilakukan dengan uji
belah. Potongan benih dapat diamati, melalui kesanggupannya terhaadap terhadap
serangan hama atau penyakit, ensdosperm dan embrio yang berkembang normal.
Serangan serangga pada benih kadang terlihat pada saat buah belum masak. Hal
terpenting yang harus diperhatikan dalam uji belah adalah mengetahui kisaran
normal penampakan/warna dari masing-masing jenis benih. Lamanya pengujian
maksimum dilakukan selama 2 hari, dengan porsi waktu terbesar pada proses
pengoksidasian. Benih segar akan berbeda penampakannya dengan benih yang telah
mengalami penyimpanan meskipun kedua kelompok benih tersebut masih viabel. Agar semai yang dihasilkan berkualitas baik,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : vabilitas dan vigoritas benih harus baik, media tabur harus baik, media sapih harus baik dan cukup besar, semai-semai yang disapih harus dipilih yang
keadaannya baik, penyapihan
harus dilakukan dengan benar sehingga semai tidak rusak, pemeliharaan di persemaian baik di bak tabur
maupun di bedeng sapih harus baik (Siregar, 2006).
ET0
= c.(p.(0,46T+8)),, mm/hari
ETo
= Evapotranspirasi refrensi tanaman dalam mm/hari untuk bulan yang
diperhitungkan
T
= Temperatur harian rata-rata dalam oC dalam bulan yang diperhitungkan
p
= Persentase rata-rata harian dari total jam siang untuk tiap bulan dan lintang
yang diketahui.
Metode Radiasi pada dasarnya adalah adaptasi
dari Rumus Makkink. Metode
ini disarankan untuk daerah dimana data-data iklim yang tersedia termasuk
temperatur udara, penyinaran matahari, keadaan awan atau radiasi, namun tidak
termasuk kecepatan angin dan kelembaban. Dibandingkan dengan metode
Blaney-Criddle, metode ini memberikan input yang lebih sedikit. Pada beberapa
kasus untuk daerah equatorial, pulau kecil atau daerah yang punya altitude
tinggi, Metode Radiasi lebih baik dari Metode Blaney-Criddle Rumus yang
direkomendasikan untuk Metode Radiasi adalah :
ETo
= Evapotranspirasi refrensi tanaman dalam mm/hari untuk periode yang
diperhitungkan
Rs
= Radiasi matahari dalam equivalen Evaporasi, mm/hari
W
= Weighing factor yang tergantung dari Temperatur dan Altitude
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum berjudul “Dormansi dan Perkecambahan Biji” ini
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 02 November 2022. Pukul 13.00-14.40 WIB, bertempat di Laboratorium Agroekoteknologi Pakupatan Lantai 2,
Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang perlu disiapkan
untuk keberlangsungan praktikum Dormansi dan Perkecambahan Biji ini antara lain: akua gelas, stopwatch,
label, spidol, kapas, aquades, biji berkulit tebal (sawo, asam jawa), dan biji
berkulit tipis (kacang hijau, kacang kedelai, kacang tanah).
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang harus dilakukan
untuk kegiatan praktikum
Dormansi dan Perkecambahan
Biji ini adalah:
3.3.1 Biji Berkulit Tipis
1. Disiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
2. Disiapkan 9 buah
akua gelas sebagai tempat pengecambahan.
3. Direndam biji
dengan aquades selama 5 menit.
4. Disiapkan 3 set
perlakuan yang dipilih yaitu dengan kapas kering, kapas lembab dan kapas
tergenang.
5. Disiapkan masing
masing 6 butir biji untuk setiap jenis biji tersebut dengan masing-masing
perlakuan berjumlah 2 biji dan 2 ulangan.
6. Ditempatkan
semua akua gelas tadi pada tempat yang sama.
7. Diamati setiap
gejala yang ditunjukan untuk setiap kelompok biji.
8. Dijaga kondisi
untuk setiap unit perlakuan agar tetap stabil dengan mengontrol setiap kondisi
perlakuannya.
3.3.2
Biji Berkulit Tebal
1. Disiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
2. Disiapkan 9 buah
akua gelas sebagai tempat pengecambahan.
3. Dirrendam biji dengan
aquades selama 5 menit.
4. Disiapkan 3 set
perlakuan yang dipilih yaitu dengan diamplas, dengan rendaman HCl dan dengan
air panas.
5. Disiapkan masing
masing 6 butir biji untuk setiap jenis biji tersebut dengan masing-masing
perlakuan berjumlah 2 biji dan 2 ulangan.
6. Ditempatkan
semua akua gelas tadi pada tempat yang sama.
7. Diamati setiap
gejala yang ditunjukan untuk setiap kelompok biji.
8. Dijaga kondisi
untuk setiap unit perlakuan agar tetap stabil dengan mengontrol setiap kondisi
perlakuannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Biji Berkulit Tipis
Tanggal |
Ulangan |
Parameter Pengamatan |
||||||||
Kacang Hijau |
Kacang Tanah |
Kacang Kedelai |
||||||||
K |
L |
T |
K |
L |
T |
K |
L |
T |
||
3 HST/05-11-2022 |
I |
- |
ü |
- |
- |
ü |
- |
- |
ü |
- |
II |
- |
ü |
- |
- |
ü |
- |
- |
ü |
- |
|
5 HST/05-11-2022 |
I |
- |
ü |
ü |
- |
ü |
ü |
- |
ü |
ü |
II |
- |
ü |
ü |
- |
ü |
- |
- |
ü |
- |
|
7 HST/05-11-2022 |
I |
- |
ü |
ü |
- |
ü |
ü |
- |
ü |
ü |
II |
- |
ü |
ü |
- |
ü |
- |
- |
ü |
- |
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Biji Berkulit Tebal
Tanggal |
Ulangan |
Parameter Pengamatan |
|||||
Biji Asam |
Biji Sawo |
||||||
N |
S |
A |
N |
S |
A |
||
3 HST/05-11-2022 |
I |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
II |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
|
5 HST/05-11-2022 |
I |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
II |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
|
7 HST/05-11-2022 |
I |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
II |
- |
- |
ü |
- |
_ |
- |
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul dormansi
dan perkecambahan biji. Sebelum lebih jauh lagi membahas mengenai dormansi dan
perkecambahan pada biji, kita perlu mengetahui serta memahami terlebih dahulu
apa itu dormansi dan perkecambahan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Widjati
dkk., (2013) dormansi
merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak berkecambah sampai batas waktu
akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor lingkungan optimum untuk
perkecambahannya. Dormansi pada biji dapat dipatahkan sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Melasari dkk., (2018) Sifat dormansi benih dapat dipatahkan
melalui perlakuan pematahan dormansi. Perlakuan pematahan dormansi adalah
istilah yang digunakan untuk proses atau kondisi yang diberikan guna
mempercepat perkecambahan benih. Perlakuan pematahan dormansi dapat dilakukan
melalui skarifikasi secara mekanik dan kimia maupun stratifikasi.
Perkecambahan
menurut pendapat yang dikemukakan oleh Marthen dkk., (2013) diartikan sebagai muncul dan berkembangnya radikula dan
plumula dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang
berkecambah ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Menurut pendapat Junaidi
(2012) Perkecambahan
merupakan fase
awal pertumbuhan individu baru. Proses ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
air dalam medium pertumbuhan untuk memacu aktivitas enzim yang diperlukan dalam
metabolisme perkecambahan di jaringan dalam benih. Fase perkecambahan diawali
dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji lunak dan terjadinya peningkatan
aktivitas enzimatik.Pada saat perkecambahan, imbibisi air merangsang aktivitas
giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi enzim αamilase. Enzim ini
selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis proses perubahan
cadangan makanan, pati menjadi gula yang kemudian digunakan sebagai sumber
energi untuk pembelahan dan pertumbuhan sel.
Menurut Campbell
(2000) terdapat
dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. Perkecambahan epigeal Tipe perkecambahan
epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan
kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan
fotosintesis selama daun belum terbentuk.Contoh tumbuhan ini adalah kacang
hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah.Organ pertama yang muncul
ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh
menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya,
ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon
dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan
rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio. Disamping itu, berdasarkan
pendapat Junaidi (2012) perkecambahan
hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke
permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon
tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang mengalami perkecambahan ini
adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan.
Pada tabel 1
merupakan hasil pengamatan biji berkulit tipis. Pada praktikum ini, biji
berkulit tipis ada 3 biji, yaitu biji kacang hijau, kacang kedelai dan kacang
tanah. Disebut sebagai biji berkulit tipis dikarenakan ketabalan kulit, serta
masuknya air ke dalam biji tidak memerlukan waktu yang lama sehingga biji mudah
berkecambah. Perkecambahan yang
terjadi pada ketiga biji tersebut menururt Ashari (2002) merupakan
perkecambahan yang memiliki tipe epigeal, tipe perkecambahan ini mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas
tanah. Hal ini disebabkan karena hipokotil yang tumbuh memanjang yang
mengakibatkan plumula dan kotiledon terdorong kepermukaan tanah.
Dapat dilihat pada tabel, perlakuan yang diberikan pada ketiga
jenis biji tersebut ada 3, yaitu dengan ditempatkan pada kapas kering, kapas
lembab dan kapas tenggelam. Pada bagian kapas kering, baik biji kacang hijau,
kacang tanah dan kacang kedelai tidak ada satupun yang tumbuh disebabkan karena
tidak ada rangsangan air. Sedangkan pada kapas lembab, semua biji terjadi
dormansi sehingga terjadi proses perkecambahan. Sementara itu pada perlakuan
biji yang tergenang, hanya beberapa saja yan tumbuh sehingga tidak merata. Kacang
hijau perlakuan tergenang dimulai pada hari ke 5, kacang tanah hanya ulangan 1
yang tumbuh, begitupun dengan kacang kedelai yang tumbuh hanya ulangan pertama.
Berdasarkan peristiwa yang telah diamati, faktor utama dari peristiwa tersebut
adalah air yang berperan sebagai pelarut biologis. Menurut pendapat yang
dikemukakan oleh Kurniawan dkk., (2017) air
merupakan komponen yang sangat penting untuk segala aktivitas metabolisme
tumbuhan mulai dari pertumbuhan, perkembangan, fotosintesis untuk menghasilkan
energi sampai dengan proses penguraian berbagai unsur hara dalam tanah untuk
diserap oleh tumbuhan.
Di samping itu
kebutuhan air pada tanaman harus tercukupi, dalam hal ini tercukupi yang
dimaksud adalah tidak kurang dan tidak terlalu berlebihan. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nadjamuddin dkk., (2014) kebutuhan
air tanaman adalah sejumlah air yang dibutuhkan untuk mengganti air yang hilang
akibat penguapan. Air dapat menguap melalui permukaan bumi (evaporasi) maupun
melalui daun-daun tanaman (transpirasi). Bila kedua proses penguapan tersebut
terjadi bersama-sama, disebut proses evapotranspirasi. Dengan demikian besar
kebutuhan air tanaman adalah sebesar jumlah air yang hilang akibat proses
evapotranspirasi. Rumus yang dapat digunakan
adalah ET = k x Eto. Sementara itu untuk skala yang lebih besar seperti lahan cara
pengolahan tanah untuk tanaman adalah merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pengolahan
tanah memerlukan air dari hujan dan irigasi. Pengolahan tanah untuk tanaman
padi di sawah membutuhkan lebih banyak dari pada pengolahan tanah untuk tanaman
palawija. Terdapat 2 metode yang dapat
digunakan untuk menentukan kebutuhan air, yaitu metode blaney-criddle dan
metode radiasi.
Pada tabel 2 merupakan hasil pengamatan pada
biji berkulit tebal. Dapat dilihat pada tabel, perlakuan yang diberikan ada 3
macam yaitu dengan diamplas, air panas dan HCl. Pada hasil pengamatan terlihat
bahwa semua biji berkulit tebal baik biji sawo ataupun biji asam tidak ada yang
tumbuh sama sekali terkecuali pada perlakuan dengan diamplas pada biji asam ulangan
ke 2 di hari ke tujuh. Perlu kita ketahui bersama bahwa biji asam yang diamplas
tersebut dapat tumbuh karena kulit biji menipis sehingga proses imbibisi dapat
dengan cepat berlangsung sehingga perkecambahan dapat terjadi. Menurut Nursyamsi
(2016) Pemecahan dormansi benih
dengan perlakuan mekanis dapat dilakukan dengan cara skarifikasi dan tekanan.
Skarifikasi adalah perusakan kulit biji dengan tujuanuntuk melunakkan kulit
benih yang keras, sehingga menjadi permeabel terhadap air dan gas. Pemecahan dormansi benih dengan cara skarifikasi
telah dilakukan pada beberapa jenis tanaman antara lain untuk mematahkan
dormansi benih berkulit
tebal dilakukan dengan cara
kulit benih dikikir
atau diamplas pada bagian sisi
dekat hipokotil.
Di samping perlakuan tersebut, terdapat
faktor lain yang mempengaruhi terjadinya dormansi dan perkecambahan biji. Faktor
tersebut antara lain yaitu kualitas biji, faktor genetik, faktor internal dan
faktor lingkungan. Jika kualitas biji dapat dikatakan baik, maka tingkat
kemungkinan terjadinya dormansi da perkecambahan biji aka semakin besar. Faktor
genetik dapat mempegaruhi dormansi karena hanya biji yang memiliki genetik
hiduplah yang akan terjadi dormansi dan perkecambahan. Di samping itu faktor
lingkungan seperti zat kimia inhibitor dan promotor, suhu, pencahayaan, dan
kelembaban sangat berpengaruh meskipun perubahannya dianggap tidak relatif
menurut skala ukur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik
beberapa kesimpulan. Dormansi merupakan suatu kondisi dimana benih hidup tidak
berkecambah sampai batas waktu akhir pengamatan perkecambahan walaupun faktor
lingkungan optimum untuk perkecambahannya. Perkecambahan merupakan proses awal pertumbuhan individu baru pada tanaman
yang diawali dengan munculnya radikel pada testa benih.
Respons yang diamati dari praktikum ini adalah
bagaimana terjadinya dormansi terhadap beberapa perlakuan pada biji. Pada biji
berkulit tipis, dormansi dan perkecambahan dapat dengan mudah terjadi karena
proses imbibisi berlangsung dengan cepat. Pada biji berkulit tebal, hanya yang
diberi perlakuan skarifikasi yang dapat terjadi dormansi dan perkecambahan
karena air dapat melewati pori-pori kulit biji. Adapun dalam praktikum ini air yang
berperan sebagai pelarut biologis adalah faktor utama terjadinya dormansi dan
perkecambahan. Di samping itu faktor lain yang mempengaruhi terjadinya dormansi
dan perkecambaha adalah faktor genetik dan faktor lingkungan (zat kimia, suhu,
kelembaban, cahaya).
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan
adalah sebaiknya praktikan lebih teliti
dalam melakukan langkah demi langkah agar tidak ada kesalahan yang menyebabkan
gagalnya percobaan. Selain itu disarankan kepada praktikan untuk mencari
kembali sumber materi yang berhubungan dengan dormansi dan perkecambahan suatu
biji agar praktikum selanjutnya berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, Sumeru. 2002.
Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta.
Astari,
R.P., Rosmayati, E.S., Bayu. 2014. Pengaruh pematahan dormansi secara fisik
dan kimia terhadap kemampuan berkecambah mucuna (Mucuna barcteata D.C). Jurnal Online
Agroekoteknologi. Vol. 2(2): 803-812.
Arlita, Malyan A., Sri
Waluyo dan Warji. 2013. Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Terhadap Penyerapan Larutan Gula Pada
Bengkuang (Pachyrrhizus Erosus). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 2(1):
85-94.
Campbell,
Neil A., dan
Reece Jane
B. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga
Darmawan., Muh. Yusuf dan Ilyas Syahruddin. 2015. Pengaruh Berbagai Media Tanam
Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (Theobroma cacao. L). Jurnal Agroplantae. Vol. 4(1): 13-18.
Ikalor, Alvanialista. 2013. Pertumbuhan dan
Perkembangan. Jurnal Pertumbuhan dan
Perkembangan. Vol. 7(6): 1-6.
Junaidi dan Fandi Ahmad. 2021. Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Pertumbuhan
Vigor biji
Kopi Lampung (Coffeacanephora). Jurnal Inovasi Penelitian. Vol.
2(7): 1911-1916.
Kurniawan Dedi., Chairani Hanum dan Lutfi Mahmud
Aziz Siregar. 2017. Morfofisiologi Akar Melalui Interval Penyiraman, Pemberian Mikoriza dan Modifikasi Media Tanam pada Pembibitan Kakao (Theobroma
Cacao). Jurnal Pertanian Tropik. Vol. 4(3): 209-218.
Marthen., E. Kaya dan H. Rehatta. 2013. Pengaruh Perlakuan Pencelupan Dan Perendaman
Terhadap Perkecambahan Benih Sengon (Paraserianthes falcataria L.).
Jurnal Agrologia. Vol. 2(1): 10-16.
Melasari, Nur., Tatiek Kartika Suharti dan Abdul
Qadir. 2018. Penentuan Metode Pematahan Dormansi Benih Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus
L.) Aksesi Cilacap. Jurnal Bul Agrohorti. Vol. 6(1): 59-67.
Nadjamuddin, Dedy F., Widandi S., dan Moh.
Solichin. 2014. Rencana Penjadwalan
Pembagian Air Irigasi Daerah Irigasi Paguyaman Kanan Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Jurnal Teknik Pengairan. Vol. 5(2):
158-165.
Nursyamsi. 2016. Teknik
Skarifikasi Benih Kayu Kuku (Pericopsis Mooniana Thw) Untuk Mematahkan Dormansi Melalui Kultur Jaringan. Jurnal Prosiding
Seminar Nasional. Vol. 26(7): 5-10.
Rusman
dan Mukhlis R.F. 2018. Buku Ajar Kimia Larutan. Aceh: Syiah Kuala Press.
Saifullah. 2020. Bioproses: Biologi. Bima: Dinas
Pendidikan Dasar.
Siregar, Iskandar Z. 2006. Teknologi Perbenihan.
Bogor: IPB Press.
Sukmawati, Ni made Suci. 2016. Bioenergetika.
Bali: Universitas Udayana.
Taridal, Asriani. 2019. Pertumbuhan dan
Perkembangan. Gorontalo: Kemdikbud.
Ulfa Halim L., Rika Falahiyah dan Suwito S. 2020. Uji
Osmosis pada Kentang dan Wortel
Menggunakan Larutan NaCl. Jurnal
Sainsmat. Vol. 9(2): 110- 116.
Widajati,
E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M.R. Suhartanto, A. Qodir. 2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor
(ID): IPB Press.
LAMPIRAN
Lampiran 3. Spidol
Lampiran 7 Kecambah Biji
Kulit Tipis Lampiran 6. Akua Gelas Lampiran 5. Kapas Lampiran 4. Aquades